Secara umum, cedera olahraga dibedakan menjadi
cedera traumatis dan cedera berkelanjutan (overuse
injury). Cedera traumatis merupakan cedera yang terjadi akibat benturan
sedangkan overuse injury terjadi
akibat beban kerja yang berlebihan. Respon tubuh terhadap cedera olahraga akut
yaitu terjadi peradangan (inflamasi) yang disebabkan kerusakan jaringan. Dan
akibat peradangan akan terlihat kemerahan (rubor),
terjadi pembengkakan (tumor),
peningkatan suhu (kalor) dan rasa
nyeri (dolor). Walaupun respon peradangan merupakan bagian dari
proses penyembuhan, namun jika respon
peradangan berlebih akan menghasilkan limbah metabolisme berlebihan yang dapat
memperlambat proses penyembuhan. Untuk itu perlu dilakukan usaha penekanan
terhadap respon peradangan. Nah, salah satu modalitas yang paling sering
digunakan yaitu terapi dingin (cold
therapy).
Cold
therapy dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga
akut seperti mengurangi nyeri dan respon peradangan yang berlebih. Terapi
dingin secara klinis dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah pembengkakan dan
menurunkan performa motorik lokal (Hocutt, 1982:316). Selain cold therapy dapat menurunkan suhu area
cedera, juga dengan cold therapy dapat terjadi vasokontriksi pembuluh darah
yang membatasi aliran darah dan mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar
luka sehingga dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan. Cold therapy juga dapat mengurangi sensitivitas dari akhiran saraf
yang mengakibatkan peningkatan nilai ambang batas rasa nyeri.
Menurut Konrath et.al (1996:630)
beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan cold therapy antara lain:
•
Cedera (sprain, strain dan kontusi)
•
Sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache).
•
Gangguan temporomandibular (TMJ disorder).
•
Testicular dan scrotal pain.
•
Nyeri post operasi..
•
Fase akut arthritis (peradangan pada sendi).
•
Tendinitis dan bursitis.
•
Carpal tunnel syndrome.
•
Nyeri lutut.
•
Nyeri sendi.
• Nyeri perut. .
Ada beberapa cold therapy yang biasa digunakan
seperti ice, cold pack, vapoocolant spray, dll. Penggunaan cold therapy bisa 10 – 15 menit. Semakin
lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin dalam. Pada umumnya terapi dingin
pada suhu 3,5 °C selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm
dibawah kulit (Ernst et al.,1994:56). Untuk cold
therapy dengan menggunakan es ataupun cold
pack, perlu diberikan plastic wrap
untuk stabilisasi di bagian yang cedera agar efek yang diberikan bisa lebih
efektif untuk penurunan inflamasi jaringan yang cedera.
Sumber: Novita Intan Arovah