Senin, 18 September 2017

Cold Therapy



 Secara umum, cedera olahraga dibedakan menjadi cedera traumatis dan cedera berkelanjutan (overuse injury). Cedera traumatis merupakan cedera yang terjadi akibat benturan sedangkan overuse injury terjadi akibat beban kerja yang berlebihan. Respon tubuh terhadap cedera olahraga akut yaitu terjadi peradangan (inflamasi) yang disebabkan kerusakan jaringan. Dan akibat peradangan akan terlihat kemerahan (rubor), terjadi pembengkakan (tumor), peningkatan suhu (kalor) dan rasa nyeri (dolor). Walaupun  respon peradangan merupakan bagian dari proses penyembuhan, namun  jika respon peradangan berlebih akan menghasilkan limbah metabolisme berlebihan yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Untuk itu perlu dilakukan usaha penekanan terhadap respon peradangan. Nah, salah satu modalitas yang paling sering digunakan yaitu terapi dingin (cold therapy).
Cold therapy dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut seperti mengurangi nyeri dan respon peradangan yang berlebih. Terapi dingin secara klinis dapat meningkatkan ambang nyeri, mencegah pembengkakan dan menurunkan performa motorik lokal (Hocutt, 1982:316). Selain cold therapy dapat menurunkan suhu area cedera, juga dengan cold therapy dapat terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang membatasi aliran darah dan mencegah cairan masuk ke jaringan di sekitar luka sehingga dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan. Cold therapy juga dapat mengurangi sensitivitas dari akhiran saraf yang mengakibatkan peningkatan nilai ambang batas rasa nyeri.
Menurut Konrath et.al (1996:630) beberapa kondisi yang dapat ditangani dengan cold therapy antara lain:
• Cedera (sprain, strain dan kontusi)
• Sakit kepala (migrain, tension headache dan cluster headache).
• Gangguan temporomandibular (TMJ disorder).
• Testicular dan scrotal pain.
• Nyeri post operasi..
• Fase akut arthritis (peradangan pada sendi).
• Tendinitis dan bursitis.
• Carpal tunnel syndrome.
• Nyeri lutut.
• Nyeri sendi.
           • Nyeri perut. .
Ada beberapa cold therapy yang biasa digunakan seperti ice, cold pack, vapoocolant spray, dll. Penggunaan cold therapy bisa 10 – 15 menit. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit (Ernst et al.,1994:56). Untuk cold therapy dengan menggunakan es ataupun cold pack, perlu diberikan plastic wrap untuk stabilisasi di bagian yang cedera agar efek yang diberikan bisa lebih efektif untuk penurunan inflamasi jaringan yang cedera.

                                                                                  Sumber: Novita Intan Arovah





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cold Therapy

  Secara umum, cedera olahraga dibedakan menjadi cedera traumatis dan cedera berkelanjutan (overuse injury) . Cedera traumatis merupaka...